Monday, June 22, 2009

Peta Minded

Setiap orang mungkin pernah atau bahkan sering mencari lokasi suatu tempat untuk tujuan tertentu. Ada orang yang mencari suatu tempat berbekal alamat lengkap atau cukup dengan denah ditambah sedikit informasi nomor rumah. Ada pula orang yang mencari suatu alamat tanpa dilengkapi denah dan hanya sedikit informasi saja. Tentunya keberhasilan kita menemukan lokasi tempat yang dituju sangat didukung dan dimudahkan oleh data/informasi yang lengkap.

Suatu saat seseorang bertanya kepada kita tentang lokasi suatu tempat, biasanya kita akan menunjukkan lokasi yang dimaksud secara lisan saja. Kita akan memberikan petunjuk berdasarkan arah misalnya rumah si A di Jalan Monjali (Monumen Jogja Kembali) No 111, dari perempatan Ringroad-Monjali ke arah selatan 200M. Di sebelah kanan jalan ada toko besi, rumah si A sebelah kanan toko besi itu.

Tentu untuk lokasi yang aksesnya mudah dari jalan utama akan mudah ditemukan pula dengan arahan seperti di atas. Tetapi untuk lokasi yang aksesnya sulit seperti pemukiman di tepi sungai yang padat penduduk, rumah teman di desa yang banyak tidak menggunakan nomor rumah ataupun lokasi suatu tempat yang benar - benar asing, kita akan kesulitan menemukannya apabila petunjuk menuju lokasi hanya seperti arahan di atas.

Masih banyak orang yang belum terpikir untuk menggunakan peta dalam menunjukkan suatu lokasi, bisa dikatakan belum peta minded. Bahkan sebagian orang kurang paham membaca peta, sehingga ketika disodorkan peta lokasi masih kesulitan memahami petunjuk menuju lokasi. Peta dalam konteks ini tentunya berbeda dengan peta dalam Ilmu Geodesi yang mempunyai pengertian ilmiah menyangkut unsur skala, bidang proyeksi, sistem proyeksi dll. Ada yang lebih senang menyebutnya denah. Saya menyebutnya peta karena lebih mudah dipahami.

Bagi pengguna internet sangat mudah mendapatkan informasi lokasi suatu tempat dengan menggunakan google map. Keberhasilan menemukan lokasi di lapangan bergantung kepada Si Pembaca google map apakah dia mampu membaca/memahami informasi yang termuat pada google map ketika di lapangan atau malah bingung. Dalam hal ini informasi mengenai lokasi bisa dikatakan lengkap karena tersedia peta (data spasial) dan nama - nama tempat termasuk nama jalan (data atribut).

Namun di Indonesia baru sedikit yang menggunakan internet apalagi internet mobile. Jadi untuk memberikan informasi lokasi kepada orang lain hendaknya terbiasa menggambarkan dalam suatu peta. Dan sebaliknya ketika membaca peta yang diberikan orang lain sempatkan mencermati peta itu terlebih dahulu sehingga bisa berkesempatan menanyakan data atribut yang tidak jelas.

Saya pernah memberikan peta lokasi rumah saya kepada teman - teman saya. Saya sudah menjelaskan pula melalui whiteboard lokasi rumah saya yang agak jauh di desa dan keluar masuk gang. Saya beri kata kunci antara lain : pohon beringin. Tetapi letak pohon beringin ini khas karena arah jalan mentog di pohon beringin ini. Tampaknya tidak semua teman - teman memperhatikan secara lengkap informasi ini. Saya sendiri tidak menyangka ada pohon beringin sebelum pohon beringin yang saya maksudkan. Alhasil tidak semua teman bisa langsung menemukan rumah saya. Yang tidak cermat melihat peta dan tidak memperhatikan informasi secara rinci letak pohon beringin akhirnya tersasar. Mereka sudah bertanya tetapi yang ditanya tidak tau letak RT saya, apalagi nama saya. Saya sekeluarga adalah pendatang dan yang ditanya pun bisa jadi pendatang juga, karena ada perumahan baru di sekitar pohon beringin itu. Bagaimanapun pengalaman atau kecerdikan seseorang berpengaruh dalam usahanya keluar dari masalah seperti ini. Saya tanya mereka, kenapa tidak tanya rumah pak dukuh saja. Atau cobalah keluar dari keterpakuan kita dalam hal ini pohon beringin. Pun sebenarnya letak pohon beringin pada peta yang saya buat persis di tengah arah jalan, sedangkan pohon beringin yang keliru itu letaknya di belokan menyamping, jadi jelas beda kan? Jangan terpaku pada satu hal, informasi yang lain baik yang tercantum di peta maupun pengetahuan yang ada pada kita dapat kita gunakan. Misalnya saya tulis jarak jalan masuk sampai pohon beringin sekitar 800M, padahal pohon beringin yang keliru hanya sekitar 300M. Bahkan kalau kita terlalu bingung tidak ada salahnya kita kembali pada posisi sebelum muncul kebingungan itu. Kita telusuri lagi secara cermat (mengulang) jalan yang harus dilalui sesuai peta. Untungnya ada handphone, apa boleh buat saya pun harus menjemput mereka he..he ..he.

Alhamdulillah selama di Malaysia ini, sudah sering bepergian baik lokal Kajang Bangi maupun yang cukup jauh Port Dickson, bahkan ketika keliling Melaka saat liburan dapat terlaksana dengan lancar. Sebelum perjalanan sudah kami siapkan cetak peta google map. Terakhir perjalanan bareng - bareng ke Semenyih bersama teman - teman ee.. kok 2 mobil yang lain kesasar padahal satu mobil dilengkapi peta sementara mobil lainnya mengikut di belakang. Saya sendiri berbekal sms teman yang menunjukkan lokasi tujuan meski tidak lengkap namun sudah cek di google map dibantu suami dan 3 kata kunci yang jadi pegangan saya. Hmm...pengalaman kesasar baik kita sendiri maupun orang lain memang bisa menjadi pelajaran untuk kita membuat persiapan terlebih dahulu sebelum menuju lokasi. Dan pelajaran juga berikan informasi kepada orang lain lokasi suatu tempat secara jelas dan mudah dipahami.