Friday, November 20, 2009

HOMESCHOOLING

Lega sudah, akhirnya rapor kenaikan kelas Sayyid sudah dibagikan. Hasilnya masih bagus meskipun ada penurunan nilai, ada pelajaran yang nilainya mengalami kenaikan, ada pula yang mengalami penurunan. Untuk pelajaran-pelajaran bidang agama Islam seperti fikih, akhlak, jawi, tauhid sebagian besar mengalami kenaikan, rata-rata di atas 90. Pelajaran-pelajaran eksakta banyak yang menurun seperti science, geography. Matematika meski turun masih masuk 'range' nilai A.

Tibalah saatnya bagi kami melaksanakan hasil keputusan musyawarah saat Sayyid mogok sekolah dulu. Keputusan yang kami anggap sebagai solusi terbaik untuk pendidikan Sayyid saat ini adalah HOMESCHOOLING! Ketika Sayyid berhenti dari sekolah kebangsaan dulu, sebenarnya terlintas juga dalam pikiranku untuk homeschooling. Tetapi saat survey di internet belum ketemu informasi yang lengkap dan akurat, jadi masih ragu. Sekarang kami sudah mendapat banyak informasi tentang homeschooling yang menguatkan keyakinan kami untuk mengajar anak sendiri di rumah. Kebetulan Idul Fitri yang lalu banyak teman mudik. Kami pun titip sekalian buku - buku pelajaran kelas 3 smt 1 sesuai dengan kelas yang Sayyid seharusnya ikuti di Yogya. Sementara rapor yang diterima di Malaysia adalah rapor kenaikan dari kelas 2 ke kelas 3. Sebelum kami memberitahu Sayyid tentang homeschooling, ternyata dia tidak 'curiga' dengan buku - buku pelajaran dari Indonesia. Malahan Sayyid langsung baca, bahkan juga mengerjakan soal - soal latihan tanpa bertanya lebih dahulu. Memang Sayyid suka mengerjakan soal - soal tes baik saat di Yogya maupun setelah sekolah di Malaysia.

Namun ada yang perlu kami kritisi dengan buku - buku paket dari Indonesia. Yaitu bila dibandingkan dengan produk dari Malaysia, terlihat sekali buku - buku dari Malaysia terutama yang eksakta seperti matematika dan sains lebih bagus penyusunannya, banyak gambar yang memperjelas uraian materi, bahkan dilengkapi DVD interaktif , padahal harga tidak jauh beda. Singkatnya lebih mudah dan tidak membosankan membaca dan memahami pelajaran dari buku - buku paket dari Malaysia meskipun berbahasa Inggris. Oleh karena itu kami pun tetap berencana menggunakan buku - buku dari Malaysia untuk memperkaya dan memperluas ruang lingkup pembelajaran di rumah. Tantangan pula bagi kami dengan hadirnya baby di rumah, sehingga kami sekeluarga harus menyesuaikan dengan ritme kehidupan yang baru. Sehingga jadwal yang berlaku di rumah kami harus bersifat fleksibel, dapat disesuaikan dengan kondisi di rumah yang berubah - ubah. Karena baby belum teratur ritme antara tidur dan terjaga. Suatu saat pagi sampai siang tidur lelap, jadi aku bisa mendampingi belajar anak - anak (Asya pun mau homeschooling seperti abangnya). Tetapi di saat lain waktu pagi sampai siang itu terjaga terus yang artinya minum ASI melulu dengan tidur yang tidak nyenyak, jadi anak - anak hanya dipantau saja. Waktu belajar baik pelajaran sekolah maupun aktivitas lain seperti membaca buku non pelajaran, mewarnai, nge-blog, memasak, melipat baju, bermain, dll bisa digeser atau ditukar.

Selanjutnya kami masih harus menyusun perencanaan lebih lanjut mengenai homeschooling ini terkait visi, misi, jadwal, aktivitas dll. Anak - anak kami termasuk dinamis dan kreatif. Mereka suka bermain bersama teman - teman setiap hari, dan senang menyusun aktivitas harian. Sehingga homeschooling ini harus dirancang sedemikian rupa, sehingga tidak membosankan bagi mereka. Pendidikan anak yang kami harapkan bisa seimbang antara jasad/fisik, ruh/jiwa dan qolbu/hati. Semoga Allah mampukan kami untuk menjaga amanah yang ada pada kami, yaitu putra - putri tercinta yang kelak diminta pertanggungjawabannya.

Sunday, November 15, 2009

ASI TOP BANGET

ASI alias Air Susu Ibu sudah diakui secara medis sebagai sumber gizi paling lengkap, paling menyehatkan, paling praktis dan bermanfaat dalam membentuk kekebalan tubuh bayi. Bahkan berdasarkan penelitian anak yang mendapatkan ASI semasa bayi cenderung lebih tinggi IQ-nya dibandingkan anak yang tidak minum ASI atau minum ASI hanya dalam waktu singkat. Namun sayangnya meski diakui secara medis, masyarakat luas masih kurang kepeduliannya dalam mendukung para ibu agar memberikan ASI lebih khusus lagi ASI eksklusif 6 bulan kepada bayi mereka.

Aku pun sangat berkeinginan memberikan ASI ekslusif kepada anak - anakku. Meskipun tidak semua terealisasi, tetapi aku sangat bersyukur mempunyai kesadaran untuk memberikan ASI. Untuk anak pertama kuberikan ASI ekslusif 4 bulan, karena setahuku di tahun 2001 itu kampanye ASI ekslusif sampai usia 4 bulan bukan 6 bulan. Untuk anak ke-2 terpaksa sempat minum susu formula, namun hanya sebentar saja, setelah ASI lancar ya minum ASI saja. Untuk anak ke-3 masih proses pemberian ASI eksklusif, semoga sukses sampai 6 bulan.

Setiap selesai melahirkan, selalu saja aku ditawari menggunakan produk susu formula oleh bidan atau rumah sakit. Tentu aku menolaknya, kecuali ketika kelahiran anak ke-2 dimana ASI sedikit sekali sementara bayi juga tidak bisa menyusu, ditambah lagi badanku demam karena radang kista. Yang aku sesalkan ketika kelahiran anak pertama, ASI lancar, bayi juga lancar menyusu. Tetapi bidan kepergok memberikan susu formula tanpa ijin. Duh, rasanya kecewa dan mau marah saja saat itu. Kalau saja para bidan, dokter ataupun pihak rumah sakit mendukung pemberian ASI, tentu mereka tidak terburu-buru menyarankan pemberian susu formula. Apakah hal ini semata-mata untuk bisnis saja? Di mana bidan atau rumah sakit mendapatkan keuntungan yang besar dari sponsor mereka (perusahaan susu formula).

Apapun alasannya, kukira bila kesadaran menyukseskan ASI eksklusif tinggi, maka para ahli medis justru akan memotivasi para ibu agar mau memberikan ASI eksklusif. Ketika anak ke-3 lahir, dengan alasan gula darah bayi rendah yaitu 2.5 seharusnya minimal 4, maka pihak rumah sakit menawarkan pemberian susu formula. Anehnya kami sempat berdebat kecil karena perawat mendesak agar aku dan suami mau menandatangani surat persetujuan pemberian susu formula, dengan alasan bayi akan dicek dokter spesialis anak. Bila gula darah rendah, menurut perawat bayi bisa ditahan di rumah sakit (dirawat). Nah, ini yang kumaksud kalau para ahli medis mendukung ASI eksklusif, tentu mereka tidak mudah memberikan solusi susu formula. Hal yang janggal juga, dari info yang ditempel di dinding, tertulis bayi akan diantar kepada si ibu 3x dalam sehari. Itu artinya minum ASI hanya 3x/hari jadi lainnya susu formula. Untung suamiku berargumen yang membuat perawat bergeming. Kata suamiku, 'Mestinya tidak ada dokter yang melarang seorang ibu memberikan ASI kepada bayinya kan?'. Padahal ASI makanan terbaik untuk bayi yang tidak ada tandingannya, susu paling mahal sekalipun. Akhirnya kami minta waktu untuk menambah pemberian ASI sebelum di tes lagi. Sebelum bayi diantar, aku minum VCO 3 butir, makan roti yang banyak (adanya roti saja). Kalau di Malaysia kan, di rumah sakit gak ada jualan kaki lima seperti di Indonesia, jadi cari makan tidak semudah di Indonesia. Alhamdulillah setelah aku beri ASI lebih banyak lagi ke bayiku, kadar gula darahnya naik menjadi 3,7. Meski belum mencapai kadar minimum, tetapi sudah dianggap aman.

Selanjutnya tinggal waspada terkena penyakit kuning saja. Perawat memberikan arahan agar bayi kerap minum ASI agar tidak terkena penyakit kuning. Kebetulan di hari ke-2 mulai nampak ada warna kuning di sekitar dahi ketika bayi nangis. Untungnya para perawat kemudian membiarkan bayiku di dalam ruanganku, sehingga bisa minum ASI setiap saat (tes darah pada usia 4 dan 7 hari bilirubin normal). Padahal pada papan informasi disebutkan bayi diantar ke ibu 3x sehari. Tampaknya karena kami menunjukkan keyakinan hanya memberi ASI sementara bayi sering menangis, maka akhirnya bayi boleh diletakkan di ruang ibu. Keinginan memberikan ASI eksklusif memang tidak mudah direalisasikan, oleh karenanya sangat diperlukan dukungan dari suami bahkan orang tua serta lingkungan. Lingkungan dekat seperti keluarga besar dan tetangga seringkali kurang paham maksud dari pemberian ASI eksklusif. Mereka sangat mungkin akan mempengaruhi kita untuk memberikan makanan tambahan mulai bayi berusia 2 atau 4 bulan.

Aku sangat terkesan dengan kampanye ASI yang sering dilakukan LSM ataupun orang - orang yang peduli ASI. Yang aku ingat adalah Bu Ira Zaim Uchrowi yang mengasuh rubrik tentang konsultasi ASI di majalah muslimah UMMI. Bu Ira selalu memotivasi dan meyakinkan para ibu pasti ada solusi atas berbagai kendala dalam pemberian ASI.

Di dalam Islam diajarkan agar pemberian ASI digenapkan maksimal 2th, kecuali ada hasil keputusan musyawarah yang berbeda antara suami dan istri.
So, mari kita kampanyekan ASI eksklusif untuk generasi yang lebih berkualitas!

Saturday, November 14, 2009

Saat Yang Ditunggu

Alhamdulillah. Setelah melampaui Hari Perkiraan Lahir (HPL) yang jatuh tgl.28 Oktober 2009, akhirnya lahirlah bayi kami, Cardio Syafiq Abdul Qowiy. Persalinan dengan didampingi suami tercinta terjadi pada Hari Selasa tgl 3 Nopember 2009 jam 2.36 pagi , di Rumah Sakit An-Nur Bangi Malaysia. Syafiq, demikian kami memangilnya, lahir dengan berat badan 3,05Kg, panjang 50Cm dan lingkar kepala 35,5Cm.

Atas ijin Allah, pada hari ke-7 kelahiran Syafiq tepatnya tgl.9 Nop 2009 kami telah menunaikan sunnah Rasulullah SAW untuk mengadakan aqiqoh dengan menyembelih 2 ekor kambing. Semoga Allah SWT menerima amal ibadah kami. Semoga Syafiq menjadi hamba-Nya yang sholih, teguh jiwanya, kuat dan sehat fisiknya, bermanfaat bagi keluarga dan umat. Amin.